Tiga Klasifikasi Santri

August 30, 2010 at 3:16am

http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/16831_1112010580590_1836687500_211884_4113726_a.jpg

Jika dilihat dari sisi sosial yang ada di pesantren, santri terbagi menjadi tiga kelas; santri priyayi, santri eksekutif, dan santri pribumi.

Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang tiga kelas santri tersebut, tentunya dengan kacamata saya.

Santri Priyayi

Santri priyayi adalah santri yang memang memiliki garis keturunan orang-orang priyayi, masih memiliki nasab darah biru. Mereka ini adalah kalangan santri yang akrab disapa "gus". Mereka terkadang mendapatkan penghormatan lebih lantaran garis keturunannya itu. Tidak jarang para santri yang berstatus tidak sama dengannya merasa sungkan dan tidak enak diri jika bergaul dengan mereka. Bahkan beberapa santri menghormatinya layaknya menghormati seorang kyai. Hal ini didasarkan pada sebuah sugesti bahwa dengan memberikan penghormatan yang lebih terhadap santri priyayi, mereka akan mendapatkan sebuah keberkahan, baik keberkahan materi, maupun non materi. Bahkan, notabene "gus" adalah kepanjangan dari "gantinya ulama salaf".

Santri Eksekutif

Kalangan kedua dari para santri adalah santri eksekutif. Kalangan ini saya sebut demikian karena mereka memiliki beberapa hak dan kewenangan yang lebih dari para santri lainnya. Kalangan ini adalah para senior santri, yang terkadang di beberapa pesantren mengistilahkan mereka dengan sebutan pengurus. Mereka di beberapa pesantren mendapatkan ’honor’ perbulan atas jerih payah mereka membantu mengurusi pesantren (mulai dari mengatur jalannya proses pendidikan, mengatur aktifitas sholat berjamaah, hingga membangunkan para santri saat waktu shubuh tiba). Karena posisi mereka inilah, mereka mendapatkan penghormatan yang lebih dari para santri biasa, bahkan terkadang setara dengan para santri priyayi. Mereka ibarat perpanjangan ’tangan’ dari sang pengasuh pesantren.

Di sisi lain, santri eksekutif juga terkadang mendapatkan fasilitas lebih, seperti; kamar mandi khusus, kamar khusus (tentunya dengan fasilitas yang tidak sama dengan santri lainnya).

Santri Pribumi

Kalangan santri yang terakhir ini adalah kalangan santri yang sama sekali tidak memiliki garis keturunan dengan para priyayi, dan juga tidak mengemban jabatan layaknya santri eksekutif. Santri pribumi inilah yang menjadi sasaran didik dan bimbingan para santri eksekutif. Tugas mereka adalah belajar, belajar, dan belajar, dengan berusaha mematuhi segala tata aturan yang telah ditentukan oleh pesantren.

Fasilitas yang didapat oleh mereka standar-standar saja, tiada yang istimewa. Standar fasilitas yang layak bagi kelas pribumi.

Sebuah Fenomena

Tidak jarang para santri pribumi memimpikan posisi yang dirasakan oleh santri priyayi maupun santri eksekutif dengan segala eksklusifitas yang mereka peroleh. Sehingga seringkali santri pribumi ’berulah’ layaknya santri priyayi dan santri eksekutif. Mereka melakukan hal-hal yang seharusnya itu hanya bisa dilakukan oleh para santri priyayi dan santri eksekutif. Sebagai contoh yang biasa terjadi di kalangan santri putra, santri pribumi berani merokok meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Notabene aturan merokok hanya diberikan kepada santri yang sudah dewasa (dari segi usia). Tak ayal para santri pribumi yang sejak berangkat dari rumah sudah memiliki kebiasan merokokok, untuk meninggalkannya pasti terasa sangat sulit. Sehingga alasan inilah yang sulit untuk dihindari bagi mereka yang sudah terbiasa merokok.

Namun, ada juga para santri pribumi yang berani melakukan pelanggaran hukum yang telah dicanangkan oleh santri eksekutif. Semisal, tidur di atas jam waktu tidur atau sebaliknya, menjemur pakaian selain di tempat yang telah ditentukan, tidur di dalam masjid, berbicara kotor dan lain sebagainya. Santri pribumi melakukan hal ini karena asumsi adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh para santri eksekutif.

Sebuah fenomena yang lebih aneh lagi, santri pribumi yang benar-benar tidak memiliki garis keturunan darah biru, ’berulah’ layaknya santri priyayi. Misalnya, berlagak seakan-akan memiliki garis keturunan priyayi, sok mengatur, sok menyuruh, marah kalau tidak dihormati (disungkani), sok alim, dan lain sebagainya.

Lebih disayangkan lagi, kalangan santri eksekutif ada yang ’lupa’ pada statusnya sebagai santri eksekutif. Dia merasa dirinya hanya seorang santri pribumi yang tidak memiliki beban tanggung jawab membantu pengasuh dalam mengurusi pesantren.

Wallahua’lam…

About HSR

biasa aja
This entry was posted in Lain-lain. Bookmark the permalink.

2 Responses to Tiga Klasifikasi Santri

  1. slamet says:

    lha pak saiful termasuk yang mana nihh

  2. mh says:

    anaknya jd santri pribumi…..heheeh

Leave a comment